Semarang, 27 Agustus 2025 – Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro menyelenggarakan kuliah umum dengan tema “Digital Archives and Metadata – Lessons from Japanese Activities and Research at Tsukuba” yang dibawakan oleh Prof. Shigeo Sugimoto, Profesor Emeritus dari University of Tsukuba, Jepang.

Prof. Shigeo Sugimoto merupakan pakar di bidang rekayasa perangkat lunak, bahasa pemograman, serta perpustakaan dan ilmu informasi. Ia memulai karier akademiknya pada 1983 di University of Library and Information Science (ULIS), lalu bergabung dengan University of Tsukuba pada 2002, ia aktif mengembangkan penelitian tentang perpustakaan digital, metadata, serta pengarsipan digital. Selain itu, ia juga berperan dalam berbagai komunitas internasional seperti Dublin Core Metadata Initiative (DCMI), iSchools, ICADL, JCDL, dan iPRES.

Prof. Shigeo menjelaskan bahwa pengembangan koleksi digital warisan budaya mulai muncul pada awal tahun 1990-an, terutama di Library of Congress, Amerika Serikat dan sejumlah perpustakaan serta museum besar lainnya. Tujuannya adalah preservasi dan akses, yakni membuat sumber daya budaya penting dapat diakses dari mana saja dan kapan saja melalui internet. Pemerintah juga turut mendukung pengembangan koleksi digital, misalnya melalui program Digital Library Initiative (fase 1 dan 2) di Amerika Serikat. Selain itu, terdapat upaya kolaborasi antara Library, Archives, and Museums (LAMs) untuk membangun portal bersama yang dapat menghubungkan berbagai sumber daya digital penting.

Lebih lanjut, Prof. Shigeo memperkenalkan model sistem dasar pengarsipan digital. Model ini menekankan proses mengumpulkan dan mengkurasi objek warisan budaya, mendeskripsikan informasi mengenai objek tersebut Culture Heritage Information (CHI), mengorganisasi data dalam basis data CHI, memberikan akses kepada publik melalui internet, pameran, maupun layanan rujukan serta melestarikan objek budaya dan memastikan informasinya tetap terjaga.

Ia juga memperkenalkan konsep Archived Digital Object (ADO), yakni representasi digital dari suatu objek dunia nyata Real-World Object (RWO). ADO terbentuk melalui proses konversi atau penangkapan objek nyata ke dalam bentuk digital, kemudian diperkaya dengan deskripsi tentang RWO. Model ADO menegaskan bahwa setiap arsip digital harus selalu terhubung kembali dengan objek aslinya.

Dalam sesi tanya jawab, sejumlah peserta yang antusias mengajukan pertanyaan kepada Prof. Shigeo Sugimoto terkait materi yang telah dipaparkan. Salah satunya, Chindy Amelia yang menanyakan “What advice would you give to students who have interest in digital archive and metadata?”. Menanggapi hal tersebut, Prof. Shigeo menekankan pentingnya mahasiswa memperkuat dasar ilmu informasi, keterampilan digital, serta pemahaman nilai budaya dan sejarah. Menurutnya, keterlibatan generasi muda sangat penting dalam memastikan keberlanjutan arsip digital, dengan cara menggabungkan kemampuan teknis dan kesadaran budaya untuk membangun ekosistem arsip digital yang berkelanjutan.

Penulis: Dwi Indri Listia Sari

Bagikan: