Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Program Studi Ilmu Perpustakaan Undip kembali menyelenggarakan Guest Lecture melalui platform Zoom pada 25 Juni 2022. Mengangkat topik “Urgensi Kompetensi Komunikasi Ilmiah Pustakawan di Era 5.0”, Prodi Ilmu Perpustakaan Undip menghadirkan narasumber dari salah satu dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Brawijaya, Dr. Mukhlis, S.IP., M.IP. Guest Lecture ini dibuka untuk umum dan bersifat wajib untuk mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Undip. Dihadiri oleh 250 peserta, Guest Lecture ini berjalan lancar dengan antusiasme tinggi dari peserta.

Mukhlis menyampaikan bahwa komunikasi ilmiah terjadi dengan adanya dialog keilmuan. Dengan adanya dialog keilmuan, akan berdampak dengan terbentuknya jaringan sosial melalui saling berbagi (share), adanya sitir (cite), dan berlangsungnya diskusi (discuss). Melalui jaringan sosial tersebut, komunikasi ilmiah dapat membentuk suatu ruang sosial. Ruang sosial ini akan menciptakan relasi sosial antar individu, kelompok, maupun organisasi karena adanya transaksi intelektual yang dilakukan di dalam dialog keilmuan.

Selanjutnya Mukhlis menegaskan bahwa pustakawan dapat terlibat dalam suatu komunikasi ilmiah, karena pustakawan merupakan aktornya. Pustakawan memiliki kontribusi sebagai penulis, juga turut berperan untuk memfasilitasi pembaca melalui perpustakaan yang dikelolanya. Perpustakaan sendiri merupakan wadah untuk menghadirkan produk komunikasi ilmiah melalui publikasi ilmiah dalam bentuk cetak, elektronik, ataupun recording files yang dikoleksinya. Semua produk komunikasi ilmiah tersebut dapat diperoleh melalui perpustakaan. Namun, sebuah perpustakaan juga perlu mengembangkan inovasi dan kebermanfaatan dalam hal efektivitas informasi, efisiensi sistem, kepuasan, dan kemudahan di Era Society 5.0 ini.

Dalam hal inovasi dan kebermanfaatan, Mukhlis menyinggung perkembangan perpustakaan sebagai IT-Based. Dimana perkembangan ini bukan sekadar implementasi TI semata, tetapi pustakawan sebagai staf perpustakaan harus mampu memahami potensi adanya teknologi. Apalagi mengingat pustakawan memegang peranan penting sebagai kolaborator, kontributor, dan fasilitator. Hal ini dapat dikembangkan dengan cara peningkatan kinerja melalui skill dan kompetensinya sebagai aktor utama. Sebagai pemungkas sesi materi, Mukhlis berpesan, “Jadilah pustakawan hebat (kompeten) yang selalu terlibat dalam setiap fase pengembangan keilmuan.”