Semarang, 27 Agustus 2025 – Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro bekerja sama dengan Program Studi Library and Information Science, Chiang Mai University menghadirkan kuliah tamu bertajuk “Indigenous Knowledge Management: A Case from Northern Thailand” oleh Piyapat Jarusawat, PhD. Acara ini berlangsung pada 27 Agustus 2025 pukul 08.00–11.00 WIB dan dihadiri oleh sivitas akademika, dan mahasiswa yang tertarik pada isu pengetahuan lokal dan pelestariannya.

A screen shot of a computer AI-generated content may be incorrect.

Dalam paparannya, Jarusawat menekankan pentingnya Indigenous Knowledge (IK) sebagai pengetahuan berbasis komunitas yang diwariskan secara lisan, melekat dalam praktik hidup sehari-hari, serta berakar pada identitas budaya dan spiritualitas masyarakat. Ia mencontohkan praktik masyarakat Karen dan Hmong di Thailand Utara, mulai dari pola tenun tradisional, pengobatan herbal berbasis hutan, hingga ritual-ritual ekologi yang menjadi panduan pengelolaan alam.

A screenshot of a computer AI-generated content may be incorrect.

Salah satu studi kasus menarik adalah program “Walking Classrooms” di Desa Huay Ee Khang. Dalam kegiatan ini, para tetua membimbing lebih dari 40 anak dan pemuda Karen untuk belajar langsung di alam. Mereka diajak memahami warisan budaya, ekologi, hingga nilai spiritual melalui pengalaman hidup, bukan sekadar teori di ruang kelas.

A screenshot of a computer AI-generated content may be incorrect.

Selain itu, Jarusawat juga menyinggung “Umbilical Cord Forest”, sebuah hutan sakral seluas 64 hektar yang menjadi ruang belajar ekologis sejak bayi dilahirkan. Melalui tradisi meletakkan tali pusar bayi di pohon buah, masyarakat percaya bahwa jiwa anak akan selalu terhubung dengan alam.

Kasus lain datang dari komunitas Ban Laikaew, di mana perempuan Karen melestarikan keterampilan tenun punggung (backstrap weaving). Pengetahuan tentang motif, teknik pewarnaan alami, hingga desain produk diwariskan lintas generasi dan kini didukung oleh dokumentasi digital serta promosi melalui media sosial.

A screenshot of a computer AI-generated content may be incorrect.

Acara ini ditutup dengan refleksi bahwa pengelolaan pengetahuan lokal tidak hanya soal melestarikan, tetapi juga menghidupkan kembali dalam konteks modern. Dengan integrasi teknologi, kolaborasi lintas generasi, serta penghormatan terhadap etika dan hak komunitas, pengetahuan lokal diyakini mampu menjadi solusi berkelanjutan bagi tantangan global.

Bagikan: