Program studi Ilmu Perpustakaan Universitas Diponegoro menggelar kegiatan summer course berskala internasional dengan tema “ Cultural Documentation: Preserving the Indigenous Knowledge Traces, Building the Future Civilization”.
Rangkaian summer course hari ketiga dibagi menjadi dua sesi dimana sesi pertama diawali dengan topik “Artifact as the Trace Civilization” dengan pemateri Kusnandar S.Sos., M.Si. (Ph.D. Candidate – Leiden University) dan di dampingi Nur’aini Perdani S.P, M.A., selaku moderator.
Dalam membuka materi, Bapak Kusnandar S.Sos., M.Si (Ph.D. Candidate – Leiden University) menjelaskan Peradaban berupa sebuah tingkat perkembangan budaya dari waktu atau tempat tertentu dimana tahap perkembangan sosial manusia dan organisasi yang dianggap paling maju dan sebagai budaya yang kompleks dengan lima karakteristik yaitu kota maju, pekerja khusus, institusi kompleks, pencatatan, dan teknologi canggih. Sedangkan Artefak adalah benda yang dibuat oleh manusia berupa seni, peralatan, dan pakaian yang dibuat oleh orang-orang dari waktu dan tempat. Artefak sebagai setiap benda yang dibuat atau dimodifikasi oleh budaya manusia, individu atau kelompok yang ditemukan kembali setelah digunakan sesuai tujuannya melalui upaya arkeologis atau secara kebetulan.
Studi yang membahas mengenai masa lalu manusia dengan menggunakan sisa-sisa material berupa objek apapun yang dibuat, dimodifikasi, atau digunakan manusia (artefak) adalah Arkeologi. Contoh artefak dalam arkeologi antara lain Sarkofagus, Alat makan, Patung-patung, Perhiasan, Karya seni dan sebagainya. Dalam sejarah, artefak memiliki 5 cara untuk melihat sebuah artefak. Cara pertama artefak menceritakan kisah sendiri pertanyaan terkait dengan apa itu artefak? kapan dibuat? darimana asalnya? menetapkan informasi dasar tentang objek untuk mengidentifikasi dan menemukannya dalam waktu dan tempat. kedua berupa artefak menghubungkan manusia untuk menemukan cerita terkait peran benda dalam kehidupan manusia. ketiga berupa artefak berarti banyak hal, artefak mengkomunikasikan ide, melambangkan nilai, dan menyampaikan emosi ketika mempertimbangkan makna, nilai, dan signifikansi dalam domain sejarah budaya. berikutnya berupa artefak sebagai bentuk mengabadikan momen pada tempat dalam sejarah, kapsual waktu, mewujudkan selera dan nilai suatu zaman untuk menandai tahap evolusi teknologi. selanjutnya adalah artefak mencerminkan perubahan dari waktu ke waktu. dan yang terakhir adalah kekuatan artefak untuk meningkatkan cerita.
Setelah diselingi dengan sesi diskusi, materi selanjutnya dibawakan oleh Rizki Nurislaminingsih, M.A. (Dosen Universitas Padjadjaran), Totok Yasmiran S.S dan Weny Kritandani sebagai Translator dengan topik bahasan “Radya Pustaka: the Artifact of Javanese Indigenous Knowledge” .
Bapak Totok Yasmiran S.S merupakan Pengelola Manuskrip Tua dan Konsultan Pawukan Museum Radya Pustaka. Beliau menjelaskan Museum Radya Pustaka menjadi museum tertua di Indonesia yang didirikan oleh Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV pada 28 Oktober 1890 yang berlokasi di Sriwedari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Secara etimologi “Radya” berarti pemerintah sementara “Pustaka” berarti surat. Pada zaman dulu tempat ini merupakan tempat penyimpanan surat-surat kerajaan, namun seiring perkembangan waktu tempat ini tidak hanya digunakan untuk menyimpan surat, tetapi juga berbagai benda penting yang berhubungan dengan kerajaan.
Di bagian halaman museum terdapat patung Rangga Warsita. Museum ini memiliki 7 ruangan, ruangan pertama digunakan untuk menyimpan jenis wayang. Ruang kedua yaitu ruang Tosan Aji untuk menyimpan senjata yang terbuat dari logam, arca, serta miniatur-miniatur rumah joglo. Selanjutnya ruang ketiga menyimpan berbagai jenis keramik sebagai peninggalan masa penjajahan Belanda. Ruangan keempat adalah perpustakaan yang mayoritas koleksi perpustakaan berbahasa Belanda dan Jawa. Ruangan kelima merupakan ruang yang menyimpan berbagai koleksi yang terbuat dari perunggu seperti patung dan gamelan. Kemudian ruang keenam merupakan ruang Etno yang menyimpan gamelan agung milik Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV. Serta ruangan selanjutnya adalah ruang Rojomolo, pada ruang ini terdapat patung Rojomolo yang merupakan sosok raksasa penguasa laut. Ruangan terakhir terdapat maket makam raja-raja Imogiri serta berbagai Arca.
Rangkaian acara summer course hari ketiga ditutup dengan pemutaran video dari Museum Radya Pustaka dan Keraton Kasunanan Surakarta.