Semarang (24/11) – Dalam rangka memperkuat citra perpustakaan dan profesi pustakawan di era digital, jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Diponegoro (UNDIP) menggelar kuliah tamu bertajuk “Strategi Komunikasi Digital: Optimalisasi Media Sosial untuk Rebranding Perpustakaan dan Profesi Pustakawan.” Acara ini diadakan secara daring melalui Zoom dengan menghadirkan Dr. Muhammad Najih Farihanto, S.I.Kom., M.A., seorang content creator sekaligus pakar komunikasi digital, sebagai narasumber.

Dr. Najih membuka materi dengan menjelaskan pentingnya rebranding perpustakaan di era digital, mengingat besarnya potensi peluang karir sebagai pustakawan di Indonesia. “Perpustakaan perlu beradaptasi dengan kampanye digital (Digital campaign) untuk menarik minat generasi muda,” ujarnya. Menurut Dr. Najih, tiktok adalah salah satu platform terbaik untuk menarik audiens dengan format audio-visual yang menarik dan mampu merangkum semua fitur media sosial populer lainnya seperti Reels dan Shorts. Ia menambahkan, perpustakaan juga harus menyesuaikan konten dengan target audiens yang spesifik dan menggunakan istilah yang populer di kalangan anak muda.

Lebih lanjut, Dr. Najih mendorong perpustakaan untuk memiliki akun media sosial, baik yang resmi maupun akun unofficial, guna menampilkan sisi unik perpustakaan. Ia memberi contoh pembuatan konten “Another Side of Library” yang bisa menggambarkan perpustakaan sebagai tempat yang asyik dan ramah untuk meningkatkan minat baca. “Akun unofficial seringkali lebih tinggi viewers-nya karena terasa lebih santai dan dekat dengan audiens,” ungkapnya.

Selain itu, Dr. Najih juga menekankan pentingnya User Generated Content (UGC) dari pengunjung yang sering datang ke perpustakaan. “UGC bisa menciptakan kedekatan dengan audiens karena konten yang dibuat datang langsung dari pengguna,” tambahnya. Ia menyarankan perpustakaan untuk berkolaborasi dengan influencer dan content creator yang fokus pada konten perpustakaan yang dapat membantu meningkatkan citra profesi pustakawan.

Dr. Najih juga membahas teknik khusus seperti penggunaan hook tiga detik pertama untuk menarik perhatian, memanfaatkan analitik untuk memahami karakter penonton, dan memilih konten yang memberi solusi terhadap masalah yang mungkin dihadapi audiens, seperti konten yang mengaitkan perpustakaan sebagai tempat yang mendukung pengerjaan tugas dan skripsi bagi mahasiswa.

Sesi ini diakhiri dengan sesi tanya jawab yang interaktif. Para peserta aktif bertanya tentang cara memulai akun media sosial perpustakaan, cara meningkatkan engagement hingga contoh kolaborasi konten dengan artis terkenal. Dr. Najih menyarankan perpustakaan untuk tidak takut mencoba format konten baru dan mengikuti tren, atau bahkan menciptakan tren mereka sendiri. Para peserta diharapkan semakin memahami pentingnya komunikasi digital dalam mengubah citra perpustakaan dan menarik minat masyarakat, khususnya anak muda. Kuliah tamu ini menjadi langkah awal bagi mahasiswa Ilmu Perpustakaan UNDIP untuk menerapkan strategi media sosial demi memperkuat eksistensi perpustakaan dan profesi pustakawan di era digital.